Minggu, 27 Oktober 2019

Semua Iman dan Amalan Yang Dilakukan Setelah Matahari Terbit Dari Barat Tidak Akan Diterima

Bagian 8

Memikirkan obrolan keluargaku di halaman belakang tadi, aku lebih banyak diam menunggu ada yang membuka suara lebih dahulu untuk membahasnya entah itu Kakek atau Ibuku.  Sebenarnya hati ini diliputi rasa penasaran, namun demi menghindari rasa malu dan gugup kupilih menenangkan diri dengan Tilawah setelah Ashar.

Kakek sedang berada di ruang televisi menonton berita sambil dipotongi kukunya oleh Tina yang sesekali melirik kearah televisi. Aku duduk di kursi disamping rak buku di ruang yang sama.

Untuk urusan buku kakek tidak tanggung-tanggung karena suka membaca, kakek mengoleksi buku bacaan yang semuanya dikumpulkan di rak buku di ruang televisi sekaligus ruang keluarga ini. Ada tiga rak penuh berisi buku yang posisinya mengambil tempat sebagian ruangan ini.

Sebenarnya sudah beberapa orang yang berkunjung ke rumah Kakek menyarankan untuk membuat ruang khusus untuk buku-buku ini. Namun belum terlaksana mungkin terkendala luas tanah.

Ada sebuah buku di salah satu rak bagian atas yang menarik perhatianku, kulirik sekilas nama penulis yang tertulis disisi buku bersamaan dengan judulnya "Dzikir Akhir Zaman : Abu Fathiah Al Adnani" langsung Kutarik dari rak dan segera membacanya.

Buku tebal ini berisi berbagai macam informasi terkait akhir zaman, termasuk kondisi gelap sebelum matahari terbit dari barat. Dimana disebutkan dalam buku ini bahwa

" Akan datang suatu masa dimana bumi akan menjadi gelap selama seperti tiga malam hitungan normal, lalu setelah itu matahari akan terbit dari barat. Dan ketika masa itu tiba tidak akan lagi terbuka pintu taubat. Semua iman dan amalan yang dilakukan setelah matahari terbit dari barat tidak akan diterima selama-lamanya. "

Keterkaitan buku ini yang begitu jelas dengan kondisi bumi sekarang, membuat ku terlarut menjelajahi kata demi kata dan kalimat demi kalimat di dalamnya. Hingga tanpa sadar, sebuah tepukan mendarat di bahuku yang sukses membuat aku terkaget.

"Mut, ngapain sih? Mama panggil dari tadi gak dengar." Tanya Ibu dengan nada sedikit kesal.

Aku merasa bersalah tak mendengar panggilan Ibu.

"Maaf Maa, ini lagi serius baca buku". Jawabku dengan memasang tampang memohon maaf.

"Pesanan mama saban hari kamu letakkan dimana?" Tanyanya lagi.

"Oh itu, nanti Mut ambilkan". Jawabku dan langsung beranjak mengambilkannya untuk Ibu.

"Jangan dibuka, langsung dibawa kesini". Sayup-sayup kudengar suaranya dari belakang.

"Map itu isinya berkas apa sih..? Mama kayaknya menyembunyikan isi map dari ku". Aku bertanya dalam hati.

Beberapa hari lalu saat hendak kesini Ibu memang berpesan agar aku mengambil map di laci kamarnya untuk dibawa serta, akupun tak sempat melihat isinya.

"Ah sudahlah, apapun isinya, nanti juga mama bakalan bilang kalo aku merajuk gak dikasih tahu". Senyumku mengembang mengingat betapa sering aku merajuk pada Ibu, Sang Orangtuaku satu-satunya.

Oleh: Mardha Umagapi
Ditulis di Subaim Halmahera Timur

Baca bagian 7 klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar