Dilihat

Minggu, 27 Oktober 2019

Repotnya Sang Istri Jadi Jalan Rejeki Bapak Penjual Tissue

Cerita Pendek

Suasana jalanan masih lenggang pagi itu, ketika kami berboncengan diatas motor menuju pelabuhan. Tak banyak kemacetan maupun antrian mengular di loket pembelian tiket, namun banyak kendaraan lain yang telah mengantri siap menaiki Kapal Ferry.

Ya, pagi ini kami akan kembali pulang ketempat bertugas diujung pulau setelah dua hari kemarin berjibaku dengan sesuatu kegiatan dipusat kota kabupaten. Ada rasa kangen dengan kota tempat dibesarkan itu, namun tuntutan tugas sebagai abdi negara menunggu untuk dilaksanakan.

"Ayang, kamu sama dedek duluan naik ke kapal ya. Biar aku aja yang ngantri di motor". Kataku memberi tawaran kepada istri yang duduk di jok motor belakang bersama buah hati kami.

"Iiih, gak mau ah. Maunya sama-sama kamu aja Beb". Balasnya sambil manyun tanda tidak setuju yang terlihat dari spionku. Bayi sembilan bulan dalam gendongannya Bergerak-gerak tak sabar ingin segera keluar dari gendongan.

"Okelah, asalkan Ayang gak kelelahan nunggu dan dedek juga gak nangis pengen segera turun". Aku mengalah, jika dia bersikeras ikut mengantri denganku. Toh dia juga yang rasa kelelahannya.

Lima belas menit berlalu dan bayi dalam gendongannya sudah mulai tak nyaman. Rengekan-rengekan tanda bosan mulai terdengar. Dan istriku sibuk membujuk agar anak kami tenang. Kulihat ia juga mulai merasa gerah lama diatas motor dengan gendongan depan dan tas sampingnya. Aku memilih diam saja, kupikir jika menawarkan akan sama jawabannya.

"Beb, kayaknya aku duluan aja yah naik ke kapal. Biar bisa baring-baring diranjang kapal dengan si dedek." Akhirnya ia menyerah.

Ia turun dari boncengan motor dan melangkah menjauh menuju pintu masuk kapal. Gamis dan jilbab lebarnya melambai-lambai ditiup angin, menambah pesonanya di netraku. Wanitaku dengan segala kerempongannya dan keribetan perasaannya, ia tetap menjadi juara dihatiku.

***

Setelah melewati antrian yang lumayan memakan waktu lebih setengah jam, aku akhirnya berhasil naik ke Kapal Ferry. Kulangkahkan kaki dengan tentengan tas dikedua tangan berjalan mencari letak kedua orang yang tersayang. Tak butuh waktu lama, kutemukan mereka diatas ranjang Ferry sedang rebahan diantara penumpang lainnya. Si dedek tengah asyik bermain dengan ratlenya dan tak rewel lagi, sementara Sang Ibu berbaring disisi sambil mengawasi.

"Gimana Yang, capek ?" Tanyaku.

"Hu'uh." Jawabnya singkat.

"Pak, Bu, tissue ?" Seorang bapak usia lanjut menawarkan dagangan ditangannya yang berisi tissue dan barang-barang lainnya.

Kulirik Istri, berharap ia mau membeli satu. Karena jujur aku kasihan pada bapak itu. Tatapanku dijawab dengan gelengannya.

"Belikan satu aja Yang". Pintaku

"Kita masih punya tissue Beb, tuh di tas masih banyak isinya juga." Tolaknya tanpa melihatku karena sedang memperbaiki posisi si dedek yang sedang berusaha duduk.

Akhirnya aku menoleh ke arah pak tua dan menyampaikan maksud penolakan dengan suara selembut mungkin.

"Maaf Pak, belum." Jawabku. Sang bapak melangkah gontai dengan wajah lesu, mungkin harapan untuk mendapatkan uang dari kami pupus.

"Kasihan juga, Si Bapak diusia tua itu masih harus berjualan diatas Ferry yang menyebrang kesana kemari. Apa ia tidak kecapean? Coba kalo tadi kita beli satu aja, pasti dia akan senang". Imbuhku.

"Iya Yang maunya sih gitu, tapikan kita masih punya tissue banyak didalam. Kemarin kan Beb baru aja belinya kan?". Sanggah istriku tak mau kalah.

Tak ingin membuatnya kesal, aku diam saja. Ku ambil sebotol air mineral ditas dan membuka segel serta tutup botolnya untuk minum. Belum sempat bibirku menyentuh botol, tangannya telah menarik botol ke mulutnya dan meminum. Dan sukses membuat bajuku basah terkena air yang tumpah dari botol.

"Ya Allah, koq gitu sih ? Aku kan haus Yang". Aku sedikit kesal.

"Maaf Beb, tapi aku juga haus dari tadi belum sempat minum apalagi habis ngASIhi dedek." Balasnya memelas Sambil menyodorkan tissue.

"Wanita ... wanita ... Ada-ada saja tingkahnya. Coba saja kalau tadi dia bilang sebelum aku minum, kan gak begini jadinya." Batinku sambil mengelap tumpahan air di baju dengan tissue.

Belum puas diteguknya air dari botol, bayi kami menangis minta gendong. Ia meletakkan botol, meraih bayi lucu itu dan menenangkannya dalam pelukan. Kemudian tangannya menggapai botol dan hendak melanjutkan minum.

Namun nasib malang tak dapat ditolak, botol tak berpenutup itu oleng terkena sentuhan kaki Si Dedek. Segera kutangkap namun terlambat, botol roboh ke ranjang dan menumpahkan isinya. Air bergerak meluncur kesemua sisi ranjang, untungnya lapisan atas ranjang ditutupi dengan karpet kedap air sehingga air tak merembes.

Tissue yang kami punya pun habis dipakai untuk mengelap basahan air di atas ranjang. Aku langsung teringat bapak tua penjual tissue tadi.

"Yang, kasih duit lima belas ribu dong." Pintaku.

"Untuk apa?"

"Buat beli tissue. Itu sudah habis, nanti gak ada malah ribet."

Disodorkan uang seharga tissue, akupun bergerak mencari bapak penjual. Berharap bisa menemukannya. Kubayangkan sumringah wajahnya melayani pembelian dariku.

Dalam hati aku membenarkan kata-kata bahwa rejeki sudah diatur dan tidak akan tertukar. Tinggal kita yang mau berusaha menjemputnya, seperti yang dilakukan bapak itu. Allah sudah mengatur tissue kami yang masih banyak itu, habis dalam seketika agar rejeki datang melalui kami menghampiri sang bapak penjual tissue.

Oleh:Mardha Umagapi
Ditulis di Subaim Halmahera Timur

18 komentar:

  1. Rezeki tidak akan tertukar semuanya sudah diatur oleh Allah ๐Ÿ˜Š

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah mampir, maaf jika masih banyak kurang. Masih banyak belajar menulis cerita berdialog ☺️

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  2. Bener mbak.. bahkan binatang melata juga mendapat rezeki dari Allah. Semangatttt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah mampir, maaf jika masih banyak kurang. Masih banyak belajar menulis cerita berdialog ☺️

      Hapus
  3. Balasan
    1. Terimakasih sudah mampir, maaf jika masih banyak kurang. Masih banyak belajar menulis cerita berdialog ☺️

      Hapus
  4. Balasan
    1. Terimakasih sudah mampir, maaf jika masih banyak kurang. Masih banyak belajar menulis cerita berdialog ☺️

      Hapus
  5. Galfok sma panggilan ayang beb. Hihihi

    BalasHapus
  6. Terharu dengan semangatnya memcari nafkah^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah mampir, maaf jika masih banyak kurang. Masih banyak belajar menulis cerita berdialog ☺️

      Hapus
  7. Balasan
    1. Terimakasih sudah mampir, maaf jika masih banyak kurang. Masih banyak belajar menulis cerita berdialog ☺️

      Hapus
  8. Terimakasih sudah mampir, maaf jika masih banyak kurang. Masih banyak belajar menulis cerita berdialog ☺️

    BalasHapus

Berusaha Mengendalikan Hawa Nafsu: Tadabbur An Nazi'at Ayat 40-46

  Ciri-ciri Penghuni Surga 1. Takut pada Allah 2. Mengendalikan hawa nafsu 3. Terlibat dalam dakwah ูˆَุฃَู…َّุง ู…َู†ْ ุฎَุงูَ ู…َู‚َุงู…َ ุฑَุจِّู‡ِ ูˆَู†َ...