Dilihat

Rabu, 18 September 2019

Berteman Boleh Dengan Siapa Saja, Tapi Untuk Sahabat Pilih Yang Mengingatkan Pada Allah



"Apalah saya jika tidak mengenalnya, mungkin saat ini masih berkutat dengan perbuatan sia-sia".

Jelita mengenang kembali kisahnya, wanita yang saat ini telah memasuki usia kepala tiga. Tampilan jilbab lebar dan gamis longgar menambah teduh diwajahnya. Tak ada yang tahu, kisah masa lalu bertolak belakang dengan kondisinya saat ini. Tepatnya belasan tahun lalu keputusan berubah ditempuhnya setelah menemukan sosok yang memotivasi.

Beberapa belas tahun lalu, Jelita hidup berdasarkan kesenangan semata. Kuliah asal-asalan, nongkrong, pacaran, party dan seabrek kegiatan hedon lainnya menjadi makanan hari-hari. Apalagi didukung keuangan yang lancar dari orangtua setiap bulan membuat hidupnya nyaman dalam kesia-siaan. Tentu saja ada efek dari kegiatan-kegiatan itu, namun ia cuek. Termasuk peringatan dari dosen terkait berbagai tugas kuliah yang absen diselesaikan.

Hingga suatu saat, segala masalah yang ditimbulkan akibat ulah hedonnya mulai mencuat keatas. Mulai dari dikasih SP oleh pihak prodi, teman nongkrong terjerat narkoba yang menyeret namanya masuk dalam daftar periksa, dan orangtuanya tahu sepak terjangnya lalu mulai mengurangi uang bulanan.

Kumpulan masalah ini membuatnya tertekan, butuh bantuan, tapi teman-teman nongkrong dan party tidak ada yang peduli. Masing-masing sibuk dengan diri sendiri. Suatu waktu ia duduk termenung di kampus, tidak masuk kelas ikut kuliah karena presentase kehadiran dan tugas tidak memenuhi syarat. Tiba-tiba ada seseorang menepuk pundaknya, ketika menoleh sosok itu tersenyum menawarkan bantuan.

Dari situlah mereka kemudian bersahabat, gadis tambun berpenampilan syar'i itu berhasil menariknya keluar dari lingkaran kesia-siaan. Membantu Jelita menyelesaikan masalah sebisa kemampuannya. Dari ajakannya lah Jelita aktif mengikuti kajian-kajian keislaman hingga memutuskan untuk berhijrah menjadi pribadi yang lebih baik dan menggunakan waktu hidup secara efisien.

Kini persahabatan mereka telah mencapai usia belasan tahun, meski masing-masing telah berkeluarga dan tinggal di daerah terpisah namun komunikasi tetap berjalan rutin. Jelita bersyukur, ia memiliki banyak teman namun Allah SWT memilih seorang sahabat terbaik yang mengingatkan pada-Nya.

Kisah ini mengingatkanku pada salah satu sabda Nabi SAW :
"Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman (HR. Abu Daud & At Tirmidzi)

Subaim Halmahera Timur, 18 September 2019

Oleh Mardha Umagapi

9 komentar:

  1. Tulisan yang menginspirasi mba.. bersahabat karena Allah SWT.

    BalasHapus
  2. Berdoa agar berkumpul dengan orang orang hebat. Hebat di mata Allah

    BalasHapus
  3. Ah benar sekali... Cari sahabat sesurga

    BalasHapus
  4. Memang susah mencari sahabat yg mengajak kebaikan, tapi tak ada yg tdk mungkin

    BalasHapus
  5. Susah banget punya sahabat yang emang bener bener baik, dan mau diajak susah senang sampe ke surga-Nya

    BalasHapus
  6. Barakallah, semoga persahabatannya sampai di surga Allah ya mba

    BalasHapus
  7. trimakasih kk sudah mngingatkan pentingnya memilih teman

    BalasHapus
  8. Persahabatan karena Allah ,akan membawa kebaikan

    BalasHapus
  9. Sahabat yang semoga bukan hanya dibersamakan di dunia tapi juga disurga.

    BalasHapus

Berusaha Mengendalikan Hawa Nafsu: Tadabbur An Nazi'at Ayat 40-46

  Ciri-ciri Penghuni Surga 1. Takut pada Allah 2. Mengendalikan hawa nafsu 3. Terlibat dalam dakwah وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَ...