Dilihat

Kamis, 19 September 2019

Hidayah Milik Allah, Kita Hanya Berikhtiar Mengajak


Hidayah Part 1

Dipertemukan di organisasi dakwah membuat kami semakin dekat. Hadir mengikuti kajian keislaman bersama-sama, hadir kegiatan dikampus bersama-sama dan seringkali berkumpul di asrama untuk sekedar berbagi kisah dan makan bersama.

Awal mula mengenalnya saat pertama kali aku ikut andil dalam panitia penerimaan anggota baru organisasiku, posisinya yang saat itu sebagai mahasiswi baru tentu membuat hatiku tergerak untuk mengajaknya bergabung dengan organisasiku.

Ajakanku bersambut, ia dengan senang hati mau menerima undangan training yang kuberikan. Saat hari training pun ia hadir dan mengikuti hingga akhir acara. Kulihat ada kesungguhan darinya untuk aktif berorganisasi, ia begitu antusias dengan semua materi yang disampaikan. Memberi feedback dengan pertanyaan-pertanyaan kritis, membuatnya menjadi pusat perhatian peserta dan juga kami sebagai senior. Ada harapan baru dimata kami bahwa ia akan ikut memajukan organisasi dakwah ini dikampus kedepan.

Hari-hari berlalu dengan berbagai kesibukan kuliah dan organisasi, kulihat ia mulai menunjukkan progress setelah aktif di kegiatan pengajian pekanan organisasi kami. Penampilan berubah menjadi syar'i dari yang awalnya masih serba ketat. Pergaulan dikampuspun terjaga dari interaksi berlebihan dengan non mahram. Pokoknya Dimata kami kakak seorganisasinya, ia terlihat gemilang.

Hingga suatu hari kudengar akan ada sidang yang akan dilaksanakan oleh majelis pertimbangan organisasi terkait pemberian iqab seseorang anggota. Aku penasaran, namun aku seperti teman-teman lainnya hanya bisa menunggu hasil sidang keluar.

Ternyata sehari pasca sidang majelis mereka melaksanakan sosialisasi hasil yang isinya, adik gemilang itu diberi iqab/hukuman secara organisasi atas kesalahan interaksi berlebihan dengan salah satu anggota lelaki. Aku kaget tentu saja, teman-teman yang lainpun demikian. Namun kami sadari perubahan baik tidak bisa hanya dinilai dari tampilan luar namun dari hati dan akhlak.

Hukuman yang harus dijalani adalah, seluruh anggota organisasi diminta untuk mendiamkan ia selama dua Minggu. Agar memberikan kesempatan kepada yang dihukum untuk merenungi kesalahannya.

Hari-hari selanjutnya ketika berpapasan dengannya, kulihat ia begitu murung. Mungkin efek hukuman yang sedang ditempuhnya, namun aku juga tak berani menegurnya. Kubiarkan ia berlalu bersama hukumannya, hingga masa dua Minggu selesai.

Hari hukuman berakhir, seharusnya hari itu ia datang di asrama untuk bertemu dengan kami. Segala persiapan telah dilakukan layaknya menanti saudara yang kembali setelah bepergian jauh, suasana penuh sukacita menantinya. Namun hingga hari menjelang sore tidak tampak sosoknya memasuki asrama.

Oleh: Mardha Umagapi

Bersambung dipostingan berikut ya.. 😊

5 komentar:

Berusaha Mengendalikan Hawa Nafsu: Tadabbur An Nazi'at Ayat 40-46

  Ciri-ciri Penghuni Surga 1. Takut pada Allah 2. Mengendalikan hawa nafsu 3. Terlibat dalam dakwah وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَ...