Dilihat

Kamis, 19 September 2019

Keimanan Tidak Diwariskan Sebab Hidayah Tidak Dijual


Hidayah Part 2

Wajah-wajah tak sabar menanti berubah menjadi sedih dan sebagian cemas. Mungkinkah ia tak mau lagi kembali setelah hukuman itu ? Sebagian mencoba untuk mengingatkan tetap berhusnudzan. Aku mengusulkan untuk besok berkunjung ke kostannya biar langsung bertemu dengannya, mungkin ia masih sungkan datang.

Esoknya dikostan, kami tak menemukan siapapun dikamarnya. Ibu kost memberikan informasi bahwa ia telah pindah tempat kostan. Kami mencari keterangan dari ibu kost tentang tempat barunya namun beliau tidak tahu.

Hari-hari dilalui dikampus dengan kehilangan sosoknya dalam kegiatan organisasi. Hingga suatu pagi aku berpapasan dengannya di gerbang kampus dengan perubahan drastis seperti awal ia masuk kampus. Tidak ada lagi rok panjang menjuntai dengan baju selutut dan kerudung menutup dada. Aku sedih, ingin segera menghambur kearahnya setelah tersenyum padanya. Namun urung kulakukan karena ia membuang muka tanpa membalas senyumanku dan berlalu seakan tak mengenalku.

"Ya Rabb, apakah hukuman itu begitu berat baginya sehingga harus kembali futur ? Padalah tak ada niatan lain dari kami maupun majelis agar ia menyadari kesalahannya yang melanggar syariat dengan lawan jenis non mahram".
Batinku dengan bulir bening disudut mata yang kudapatkan perlahan.

Peristiwa itu menjadi akhir kebersamaan ia denganku dalam organisasi maupun keseharian dikampus. Segala upaya pernah dilakukan oleh kami kakak-kakak dan temannya seorganisasi untuk mendengarkan langsung dari mulutnya terkait keacuhannya, namun ia selalu menghindar. Hingga majelis memutuskan bahwa ia sudah tidak mau bergabung dengan kami lagi, melalui pesan singkat yang dikirimnya pada ketua keputrian  organisasi.

Kami semua sesalkan sikapnya yang tak bisa menerima konsekuensi atas sebuah perbuatan pelanggaran aturan organisasi. Seberubah apapun keadaannya saat ini, aku dan teman-teman seorganisasi menaruh harapan yang besar padanya untuk kembali. Lebih khusus lagi diriku orang pertama yang mengajaknya mengenal dakwah dibarisan ini.

Lewat peristiwa itu kusadari bahwa hidayah adalah milik Allah, ia berhak memberi dan mengambilnya dari siapapun yang dikehendaki.

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (Al Qashash : 56)

Oleh: Mardha Umagapi

Ditulis di Subaim Halmahera Timur
(Kisah Fiksi, mohon maaf jika ada kesamaan karakter dan tempat)

2 komentar:

  1. Keren Kak Tulisannya. Waaah belajar banyak nih Selvi dari tulisan kakak. Selvi nantikan postingan selanjutnya ya kak hihi

    BalasHapus

Berusaha Mengendalikan Hawa Nafsu: Tadabbur An Nazi'at Ayat 40-46

  Ciri-ciri Penghuni Surga 1. Takut pada Allah 2. Mengendalikan hawa nafsu 3. Terlibat dalam dakwah وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَ...