Dilihat

Jumat, 13 September 2019

Tempat Bergantung Terbaik Hanyalah Allah



Beruntunglah orang-orang yang dilahirkan dalam keadaan Islam. Orangtua muslim, keluarga muslim dan dibesarkan dalam didikan Islam.

Hari ini Mawar memutuskan untuk pergi dari rumah, setelah semua gelagatnya selama ini diketahui sang ibunda. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ia meninggalkan rumah tempatnya dibesarkan dan sejuta kenangan indah didalamnya.

Bulan kemarin disebuah mesjid terkenal di kotanya, ia memantapkan hati untuk memeluk Islam. Bukan sebuah kebetulan tapi ketertarikannya dengan agama ini telah ada sejak enam bulan lalu ketika ia melaksanakan salah satu jenjang diperkuliahannya yaitu KKN, disebuah dusun terpencil.

Dusun yang menjadi titik awal ia bersentuhan langsung dengan nilai-nilai Islam. Kehidupan di sana memang sangat sederhana namun masyarakatnya hidup rukun dan tentram, apalagi dengan adanya sebuah pondok pesantren yang menjadi tempat sebagian masyarakat menimba ilmu darinya.

Ia merasakan keteduhan juga ketenangan batin ketika berada dan berinteraksi dengan masyarakat disusun itu. Rasa frustasi akibat masalah keluarga hilang seketika. Rasa nyaman yang membawa Mawar lebih dalam mempelajari tentang agama Islam di pesantren tersebut. Bahkan setelah kegiatannya selesai, ia meminta saran kepada sang guru di pesantren kemana ia melanjutkan belajar setelannya.

"Apa yang kamu lakukan dengan barang setan ini". Mata sang ibu melolot penuh amarah ketika menemukan terjemahan Qur'an di tumpukan buku yang sengaja ia sembunyikan.

Dari situlah Ibunya mulai memperhatikan segala gerak-geriknya. Namun dengan ketahuan oleh sang ibu, ia lebih semangat untuk mendekat dan memberanikan diri memeluk Islam. Setelah berIslam shalat ia laksanakan sembunyi-sembunyi dikamar. Memang ada niat untuk memberitahukan pada Ibunya namun kesempatan baik belum datang padanya.

Hingga suatu ketika sedang shalat dan lupa mengunci pintu, sang ibu masuk lalu menemukan peristiwa mengejutkan itu. Bukan kebaikan yang ia Mawar dapat setelannya, namun kenyataan pahit menghampiri.

Semua akses keluar Mawar sengaja ditutup oleh Ibu, ia dibiarkan terkurung di kamar sepanjang hari. Handphone disita, hanya makanan yang diberikan ketika waktu makan. Mawar tahu, ini adalah konsekuensi sekaligus ujian pertama keimanannya. Meski ia terancam gagal menyelesaikan studi karena terkurung, ia bersyukur waktu ibadahnya justru lebih baik dan teratur dengan hukuman kurungan dari ibunya.

Bersambung.

Oleh: Mardha Umagapi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berusaha Mengendalikan Hawa Nafsu: Tadabbur An Nazi'at Ayat 40-46

  Ciri-ciri Penghuni Surga 1. Takut pada Allah 2. Mengendalikan hawa nafsu 3. Terlibat dalam dakwah وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَ...