Dilihat

Jumat, 18 Oktober 2019

Ketika Matahari Menghadap Rabbnya: End Of Universe

Kisah Berhikmah

Bagian 1

Hari itu suasana masih tampak seperti malam hari, aku bangun dari tempat tidur berharap masih ada waktu untuk melaksanakan Qiyamul Lail. Ku tengok jam di gawai, ternyata waktu subuh telah dimulai lima menit yang lalu.

Aku bergegas turun dari ranjang lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudhu, sholat subuh kutunaikan. Lepas sholat aku menuju dapur, membersihkan apa-apa yang perlu dibersihkan dan memasak untuk sarapan.

Setelah meletakkan makanan untuk sarapan dimeja, ku lirik jam di dinding sebenarnya sudah pukul 06.30 WIT. Seharusnya matahari sudah memancarkan sinarnya. Namun diluar suasana masih terlihat gelap seperti saat bangun tadi.
"Ah, mungkin hari ini hujan akan turun dengan lebat". Pikirku.

Kusiapkan peralatan yang akan dibawa ke kantor, tak lupa menyelipkan jas hujan di bagasi motor. Setelah sarapan dan berganti pakaian aku keluar rumah untuk melihat-lihat kondisi diluar.

"Sepertinya ada yang tidak beres, cahaya matahari tidak keluar meskipun sedikit. Ini sudah pukul tujuh lebih, seharusnya ada secercah cahaya meski langit mendung dan akan ada hujan lebat sekalipun." Gumamku.

Tidak ingin terlambat kekantor, aku bergegas masuk kembali kedalam rumah dan mengambil tas yang telah Kusiapkan. Ku kunci pintu rumah dan melafalkan :
 " Bismillahi tawakkaltu alallah, laa hawla wa laa quwwata illa billah".
Do'a yang selalu kulafalkan saat hendak keluar rumah untuk bepergian, mengharap adanya penjagaan dan  perlindungan Allah dalam setiap langkah.

Tak lupa kukirim pesan kepada ibu, berpamitan untuk pergi kerja. Karena saat ini ibu sedang tidak di rumah, ia sudah seminggu ini menginap dirumah kakek di kampung sebelah.

Kami mendapat kabar kakek sakit minggu lalu, karena ibu adalah puteri satu-satunya maka ia yang memang selalu dipanggil jika kakek harus dirawat. Sedangkan paman ku dua orang tinggal didaerah yang berbeda.

Kurapatkan Jaket dan memasang erat helm yang menutupi kepala berjilbabku, sepeda motor pun dihidupkan dan melaju membelah jalan yang mulai ramai. Sepanjang jalan tak henti-hentinya mata ini memandangi kiri dan kanan jalan melihat kalau-kalau ada petunjuk tentang keanehan pagi ini, namun sia-sia tak ada petunjuk yang Kudapat dan hanya menyisakan tanda tanya.

Setibanya dikantor, banyak yang telah datang namun setiap dari mereka memasang tampang keheranan. Ku terka itu pasti karena suasana alam pagi ini yang tidak biasa.

"Mut, gimana tanggapanmu terkait kondisi pagi ini?" Laila bertanya sembari menghampiri meja kerjaku.

"Aku merasa ada yang aneh, sampai saat ini matahari juga belum muncul. Padahal hujan yang aku kira akan turun, gak turun-turun juga." Kataku.

Laila adalah sahabat dekat sekaligus rekan kerjaku. Dalam berpikir dan bertingkah laku kami berdua memang mirip. Sehingga tak heran sejak bertemu diawali kerja, kami pun bersahabat dekat hingga saat ini. Bahkan di pengajian rutinku tiap minggu, aku juga mengajaknya untuk ikut serta.

"Apa ini ada Hubungannya dengan kejadian-kejadian yang terjadi belasan tahun lalu ya..?" Sambung Laila.

"Mungkin saja La, bukankah pembahasannya juga sudah sering dibahas di lingkaran pengajian kita terkait kejadian di akhir zaman, dan kondisi yang pernah kita bahas itu seperti saat ini. " Jawabku.

Aku dan Laila melihat keluar jendela, ada rasa penasaran ingin melanjutkan bertukar cerita tentang pagi ini. Namun tumpukan pekerjaan telah menanti di meja masing-masing.


Oleh: Mardha Umagapi
Tulisan lawas
Subaim Halmahera Timur, 26 April 2019

2 komentar:

Berusaha Mengendalikan Hawa Nafsu: Tadabbur An Nazi'at Ayat 40-46

  Ciri-ciri Penghuni Surga 1. Takut pada Allah 2. Mengendalikan hawa nafsu 3. Terlibat dalam dakwah وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَ...