Dilihat

Sabtu, 19 Oktober 2019

Semua Benda Langit Tunduk Atas Titah-Nya: End Of Universe

Kisah Berhikmah

Bagian 2

Siang ini di kantor suasana masih tetap sama dengan awal pagi menginjakkan kaki disini, gelap bak malam hari. Semua orang terlihat larut dengan kerja masing-masing namun sebenarnya rasa khawatir terselip di benak setiap mereka.

Berita di televisi kantin siang ini memberitakan kejadian yang tak biasa tentang matahari yang belum juga muncul hingga siang ini. Kami para karyawan yang sedang menikmati makan siang pun tak pernah lepas memandang benda segi empat berukuran 21 Inci tersebut.

Begitu juga diriku dan Laila, kami memilih tempat duduk di pojokan kantin dan mulai menikmati makan siang tanpa suara dengan netra terpana kearah televisi.

Sang pembaca berita menyiarkan informasi tentang keterkaitan kejadian hari ini dengan adanya aktivitas pergeseran kutub bumi. Ibu penjaga kantin berdiri dengan remot di tangan. Jika ada jeda salah satu stasiun, ia akan pindahkan tayangan ke stasiun yang lain.

Di salah satu stasiun televisi swasta, disiarkan ceramah seorang Ustadz kondang yang menjelaskan terkait tanda Kiamat. Yaitu saat matahari dipanggil oleh Allah untuk menghadap kebawah Arsy yang lamanya seperti tiga malam. Aku dan Laila saling menatap, ada semacam rasa khawatir yang terpancar di netranya.

"Penjelasan Ustadz itu seperti materi yang pernah kita dapatkan di lingkaran kita sebelumnya, Mut". Katanya padaku.

"Ya aku rasa memang seperti itulah penjelasan yang cocok untuk kejadian yang terjadi hari". Balasku.

Aku menambahkan: "Meskipun kejadiannya secara ilmu sains adalah demikian, namun semua sudah ada penjelasannya dalam Islam. Intinya kita jadikan kejadian hari ini dengan semakin meningkatkan ketakwaan pada Allah".

Laila terdiam dan mata mulai berkaca-kaca.
"Kamu kenapa La?" Tanyaku kaget.

"Gak apa-apa, aku hanya teringat ibu dan adikku di kampung. Bagaimana keadaan mereka saat ini, apalagi ketika melihat peristiwa ini. " Katanya sambil menyeka air yang hampir merembes keluar dari mata.

Laila pernah bercerita bahwa dikampungnya jaringan seluler belum bisa dijangkau, sehingga untuk saling bersabar, orang-orang disana harus melakukan perjalanan ke daerah gunung untuk mendapatkan jaringan. Selama diterima bekerja dikota ini ia tidak bisa menelpon ibu, kecuali ditelepon  oleh orang di kampung yang menyampaikan salam dari keluarganya.

Demi melihat kesedihannya, ku sarankan agar ia mengambil cuti untuk pulang kampung melihat kondisi ibunya.
"Gimana kalo kamu ngambil cuti dulu barang seminggu, biar bisa menengok mereka dikampung".

"Makasih masukannya Mut, kalo kamu gak bilang mungkin aku gak kepikiran buat cuti. Lagian sudah lama aku belum cuti lagi". Katanya dengan mata berbinar senang.

Setelah menghadap atasan hari itu, akhirnya Laila diizinkan cuti untuk menengok ibu dan adiknya di kampung.
Sedangkan aku yang sebenarnya ingin cuti juga agar bisa menyusul ibu ke rumah kakek, tidak diizinkan atasan.

"Mutmainnah, kamu belum di izinkan cuti. Tolong bantu handle kerjaan Laila sampai dia kembali."

Aku hanya bisa mengangguk tanda setuju, yang ada dipikiranku, semoga kakek cepat pulih biar ibuku segera kembali.

Baca bagian 1 klik disini

Oleh: Mardha Umagapi
Tulisan lawas
Subaim Halmahera Timur, 27 April 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berusaha Mengendalikan Hawa Nafsu: Tadabbur An Nazi'at Ayat 40-46

  Ciri-ciri Penghuni Surga 1. Takut pada Allah 2. Mengendalikan hawa nafsu 3. Terlibat dalam dakwah وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَ...