Dilihat

Minggu, 01 Agustus 2021

Berusaha Mengendalikan Hawa Nafsu: Tadabbur An Nazi'at Ayat 40-46

 


Ciri-ciri Penghuni Surga

1. Takut pada Allah

2. Mengendalikan hawa nafsu

3. Terlibat dalam dakwah

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41) يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا (42) فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا (43) إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا (44) إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرُ مَنْ يَخْشَاهَا (45) كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا (46)

"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah kejadiannya? Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit). Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari."

{وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى}
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. (An-Nazi'at: 40)
Yaitu takut akan hari ia dihadapkan kepada Allah Swt. dan takut akan keputusan Allah terhadap dirinya di hari itu, lalu ia menahan hawa nafsunya dan tidak memperturutkannya serta menundukkannya untuk taat kepada Tuhannya.
{فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى}
maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (An-Nazi'at: 41)
Yakni sebagai tempat berpulangnya; surga yang luaslah tempat kembalinya. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
{يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا}
(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya? Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). (An-Nazi'at: 42-44)
Artinya, pengetahuan tentang waktunya bukan dikembalikan kepadamu dan bukan pula kepada seseorang makhluk, melainkan pengetahuan mengenainya hanyalah ada di tangan Allah Swt. Dialah Yang mengetahui waktunya dengan tepat.
ثَقُلَتْ فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً يَسْئَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْها قُلْ إِنَّما عِلْمُها عِنْدَ اللَّهِ
Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah.” (Al-A'raf: 187)
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا}
Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). (An-Nazi'at: 44)
Karena itulah ketika Jibril a.s. bertanya kepada Rasulullah Saw., maka beliau Saw. menjawabnya dengan perkataan:
"مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ".
Tidaklah orang yang ditanya mengenai waktu kedatangannya lebih mengetahui daripada orang yang menanyakannya.
Firman Allah Saw.:
{إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرُ مَنْ يَخْشَاهَا}
Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit). (An-Nazi'at: 45)
Yakni sesungguhnya Aku mengutusmu Muhammad hanyalah agar engkau memberi peringatan kepada manusia dan memperingatkan mereka akan pembalasan dan azab Allah. Maka barang siapa yang takut kepada Allah dan takut akan kedudukan Allah dan ancaman-Nya, niscaya ia mengikutimu dan beruntunglah dia serta beroleh kemenanganlah dia. Dan kerugian serta kekecewaan pasti akan menimpa orang-orang yang menentang dan mendustakanmu.
Firman Allah Swt.:
{كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا}
Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (An-Nazi'at: 46)

Yaitu apabila mereka dibangkitkan dari kuburnya masing-masing, lalu digiring ke padang mahsyar, maka saat itulah mereka merasa amat pendek dan singkatnya masa tinggal mereka di dunia, sehingga seakan-akan menurut mereka hanya tinggal selama suatu pagi atau suatu sore hari saja.
Juwaibir telah meriwayatkan dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman Allah Swt. Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (An-Nazi'at: 46) Bahwa yang dimaksud dengan sore hari ialah jarak waktu mulai dari lohor sampai dengan terbenamnya matahari. Sedangkan yang dimaksud dengan pagi hari ialah jarak waktu antara terbitnya matahari sampai dengan pertengahan siang hari.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa ini menggambarkan tentang masa tinggal di dunia menurut pandangan manusia ketika mereka menyaksikan dengan nyata alam akhirat.

Sumber: Tafsir Ibnu Katsir

Minggu, 25 Juli 2021

Menghindari Perbuatan Melampaui Batas: Tadabbur An Nazi'at Ayat 34-39

 

Pict by: IG Yuk Dakwah

Perbuatan melampaui batas adalah perbuatan ahli Neraka yang perlu dihindari.

An Nazi'at ayat 34-39 berisi tentang Beberapa poin penting:

1. Kepastian balasan amal

2. Ciri-ciri penghuhi neraka jahim

    a. Melampaui batas

    b. Mengutamakan dunia 

فَإِذَا جَاءَتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى (34) يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ مَا سَعَى (35) وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِمَنْ يَرَى (36) فَأَمَّا مَنْ طَغَى (37) وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (38) فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى (39) 
Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang. Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya, dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat. Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). 
Firman Allah Swt.:
{فَإِذَا جَاءَتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى}
Maka apabila malapetaka yang sangat besar telah datang. (An-Nazi'at: 34)
Yang dimaksud dengannya adalah hari kiamat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa hari kiamat disebut demikian karena pada hari itu banyak terjadi semua peristiwa yang dahsyat lagi sangat mengerikan, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
وَالسَّاعَةُ أَدْهى وَأَمَرُّ
dan hari kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (Al-Qamar: 46)
Adapun firman Allah Swt.:
{يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الإنْسَانُ مَا سَعَى}
Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya. (An-Nazi'at: 35)
Yakni pada hari itu manusia teringat semua kebaikan dan keburukan yang telah dikerjakannya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرى
dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. (Al-Fajr: 23)
Firman Allah Swt.:
{وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِمَنْ يَرَى}
dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat. (An-Nazi'at: 36)
Yaitu neraka ditampakkan, sehingga semua manusia dapat melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri.
{فَأَمَّا مَنْ طَغَى}
Adapun orang yang melampaui batas (An-Nazi'at: 37)
Maksudnya, membangkang dan berlaku sewenang-wenang.
{وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا}
dan lebih mengutamakan kehidupan dunia (An-Nazi'at: 38)
Yakni lebih memprioritaskannya daripada urusan agama dan bekal di akhiratnya.
{فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى}
maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (An-Nazi'at: 39)
Maka tempat kembalinya adalah neraka Jahim, dan makanannya adalah buah zaqqum, sedangkan minumannya adalah air yang mendidih lagi sangat panas.

Sumber: Tafsir Ibnu Katsir

Senin, 19 Juli 2021

Optimis Pada Kemenangan Dakwah ( Tadabbur An Naziat Ayat 15-33 )

Pict By: IG Tausiyah Cinta

Berisi tentang beberapa poin penting terkait aktivitas dakwah:

1. Bergegas menyambut seruan dakwah 

2. Mengambil pelajaran dari dakwah masa lalu

3. Mampu menyampaikan argumentasi dalam dakwah

4. Lemah lembut dalam berdakwah

5. Mentafakuri tanda tanda kekuasaan Allah di alam semesta


هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ مُوسَى (15) إِذْ نَادَاهُ رَبُّهُ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى (16) اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (17) فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى (18) وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى (19) فَأَرَاهُ الْآيَةَ الْكُبْرَى (20) فَكَذَّبَ وَعَصَى (21) ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى (22) فَحَشَرَ فَنَادَى (23) فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى (24) فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الْآخِرَةِ وَالْأُولَى (25) إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى (26)

Sudahkah sampai kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Tuwa, "Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, dan katakanlah (kepada Fir'aun), "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)? Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?” Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menentang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya), lalu berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata, "Akulah Tuhan kalian yang paling tinggi.” Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).

Allah Swt. menceritakan kepada Rasul-Nya—Nabi Muhammad Saw.— tentang hamba dan rasul-Nya Musa a.s. Bahwa Dia telah mengutusnya kepada Fir'aun dan Allah mengukuhkannya dengan mukjizat-mukjizat. Tetapi Fir'aun dengan adanya semua bukti itu tetap pada kekafiran dan tindakan sewenang-wenangnya, hingga Allah mengazabnya dengan azab dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Demikian pula akibat yang akan dialami oleh orang-orang yang menentangmu dan mendustakan apa yang engkau sampaikan.
{هَلْ أتَاكَ حَدِيثُ مُوسَى}
Sudahkah sampai kepadamu (ya Muhammad) berita Musa. (An-Nazi'at: 15)
Yakni apakah engkau sudah mendengar kisahnya.
{إِذْ نَادَاهُ رَبُّهُ}
Tatkala Tuhannya memanggilnya. (An-Nazi'at: 16)
Yaitu Tuhan berbicara kepadanya dengan melalui seruan.
{بِالْوَادِي الْمُقَدَّسِ}
di lembah suci ialah Lembah Tuwa. (An-Nazi'at: 16)
Tuwa adalah nama lembah menurut pendapat yang sahih, seperti yang telah disebutkan dalam tafsir surat Taha. Lalu Allah Swt. berfirman kepadanya:
{اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى}
Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. (An-Nazi'at: 17)
Yakni bertindak sewenang-wenang, jahat, dan zalim.
{فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى}
Dan katakanlah (kepada Fir'aun), "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)?” (An-Nazi'at: 18)
Maksudnya, katakanlah kepadanya bahwa maukah engkau kuajak untuk menempuh jalan yang akan membawamu untuk dapat menyucikan diri, yakni berserah diri dan taat kepada Allah Swt.
{وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ}
Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu. (An-Nazi'at: 19)
Yaitu akan kutunjukkan kepadamu cara menyembah Tuhanmu.
{فَتَخْشَى}
supaya kamu takut kepadanya. (An-Nazi'at: 19)
Yakni kelak hatimu akan menjadi tunduk patuh kepada-Nya dan khusyuk, yang sebelumnya hatimu keras, jahat, dan jauh dari kebaikan.
{فَأَرَاهُ الآيَةَ الْكُبْرَى}
Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. (An-Nazi'at: 20)
Musa menampakkan kepadanya selain dari seruan yang benar ini hujah (bukti) yang kuat dan dalil yang jelas yang membuktikan kebenaran apa yang disampaikannya, bahwa itu adalah dari sisi Allah.
{فَكَذَّبَ وَعَصَى}
Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai. (An-Nazi'at: 21)
Fir'aun mendustakan kebenaran itu dan menentang ketaatan yang diperintahkan kepadanya. Kesimpulannya ialah hati Fir'aun mendustakanya dan batinnya tidak mau menerima apa yang disampaikan oleh Musa, begitu pula lahiriahnya dia tidak mau mengamalkanya. Padahal dia mengetahui bahwa apa yang disampaikan oleh Musa kepadanya adalah perkara yang hak (benar), tetapi hal ini tidak menunjukkan bahwa dia adalah orang yang beriman kepada Musa. Karena pengetahuan itu merupakan pekerjaan hati, sedangkan iman itu adalah pengamalannya, yaitu patuh kepada perkara yang hak dan taat kepadanya.
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى}
Kemudian dia berpaling seraya berusaha menentang (Musa). (An-Nazi'at: 22)
Yakni sebagai reaksinya terhadap perkara yang hak, dia menentangnya dengan kebatilan, yang hal ini ia realisasikan dengan mengumpulkan para akhli sihir untuk menentang mukjizat yang jelas yang disampaikan oleh Musa a.s.
{فَحَشَرَ فَنَادَى}
Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya), lalu berseru memanggil kaumnya. (An-Nazi'at: 23)
Fir'aun menyeru mereka semuanya untuk berkumpul kepadanya.
{فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى}
(Seraya) berkata, "Akulah Tuhan kalian yang paling tinggi.” (An-Nazi'at: 24)
Ibnu Abbas dan Mujahid mengatakan bahwa kalimat ini dikatakan oleh Fir'aun setelah selang empat puluh tahun. Dia mengatakan, "Aku tidak mengetahui adanya tuhan bagi kalian selain dari aku sendiri." Maka disebutkan oleh firman berikutnya:
{فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الآخِرَةِ وَالأولَى}
Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (An-Nazi'at: 25)
Allah menghukumnya dengan hukuman yang membuatnya menjadi pelajaran bagi orang lain yang membangkang terhadap perkara hak seperti dia di dunia ini. Yaitu azab di dunia dan azab di akhirat nanti. Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah kalimat yang diucapkan oleh Fir'aun pada yang pertama kali dan kalimatnya pada yang kedua kali. Menurut pendapat yang lainnya lagi, kekufuran dan kedurhakaannya. Tetapi pendapat yang sahih dan tidak diragukan lagi adalah yang pertama tadi.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى}
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (An-Nazi'at: 26)
Yakni bagi orang yang mau mengambil pelajaran dan menyadarinya.



أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا (27) رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا (28) وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا (29) وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا (30) أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا (31) وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا (32) مَتَاعًا لَكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ (33)
Apakah kalian yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancarkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenangan kalian dan untuk binatang-binatang ternakmu.
Allah Swt. berfirman, menyanggah orang-orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit, yaitu hari dihidupkan-Nya kembali semua makhluk sesudah fananya.
{أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ}
yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? (An-Nazi'at: 27)
Sebagai jawabannya ialah tidak demikian, langitlah yang lebih sulit penciptaannya daripada kalian. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
لَخَلْقُ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia. (Al-Mu’min: 57)
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّماواتِ وَالْأَرْضَ بِقادِرٍ عَلى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ
Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar. Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. (Yasin: 81)
Adapun firman Allah Swt.:
{بَنَاهَا}
Allah telah membangunnya. (An-Nazi'at: 27)
kemudian ditafsirkan atau dijelaskan oleh firman selanjutnya:
{رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا}
Dia meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya. (An-Nazi'at: 28)
Yakni Allah telah menjadikannya tinggi bangunannya, tak terperikan ketinggiannya, lalu semuakawasannyaamat luas dihiasi dengan bintang-bintang di malam yang gelap gulita.
Firman Allah Swt.:
{وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا}
dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. (An-Nazi'at: 29)
Yaitu Dia menjadikan malam harinya gelap dan siang harinya terang. Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna agtasya lailaha artinya menjadikan malamnya gelap gulita. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, dan Jamaah yang cukup banyak jumlahnya.
{وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا}
dan menjadikan siangnya terang benderang. (An-Nazi'at: 29)
Artinya, menjadikannya terang. Selanjutnya disebutkan:
{وَالأرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا}
Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. (An-Nazi'at: 30)
yang hal ini diperjelas oleh firman berikutnya:
{أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا}
Ia memancarkan darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (An-Nazi'at: 31).
Dalam tafsir surat Ha Mim Sajdah telah diterangkan bahwa bumi diciptakan sebelum penciptaan langit, tetapi bumi baru dihamparkan sesudah langit diciptakan. Dengan kata lain, Allah Swt. baru mengeluarkan semua yang terkandung di dalam bumi dengan kekuasaan-Nya ke Alam wujud (setelah langit diciptakan). Demikianlah makna ucapan Ibnu Abbas dan yang lainnya yang bukan hanya seorang, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayakku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah (yakni Ibnu Umar), dari Zaid ibnu Abu Anisah, dari Al-Minhal ibnu Amr dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna dahhaha, bahwa makna yang dimaksud ialah mengeluarkan mata airnya dan tetumbuhannya serta membelahjalan-jalan sungai-sungainya dan menjadikan padanya gunung-gunung, padang pasir, jalan-jalan, dan dataran-dataran tingginya. Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. (An-Nazi'at: 30). Hal ini telah dijelaskan keterangannya sebelumnya.
Dan mengenai firman Allah Swt:
{وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا}
Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh. (An-Nazi'at: 32)
Yakni menetapkannya, mengokohkannya, dan meneguhkannya di tempatnya masing-masing; dan Dia Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui, lagi maha Pengasih kepada makhluk-Nya dan Maha Penyayang.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا الْعَوَّامُ بْنُ حَوشب، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ الْأَرْضَ جَعَلَتْ تَمِيد، فَخَلَقَ الْجِبَالَ فَأَلْقَاهَا عَلَيْهَا، فَاسْتَقَرَّتْ فَتَعَجَّبَتِ الملائكةُ مِنْ خَلْقِ الْجِبَالِ فَقَالَتْ: يَا رب، فهل من خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنَ الْجِبَالِ؟ قَالَ نَعَمْ، الْحَدِيدُ. قَالَتْ: يَا رَبِّ، فَهَلْ مِنْ خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنَ الْحَدِيدِ؟ قَالَ: نَعَمْ، النَّارُ. قَالَتْ: يَا رَبِّ، فَهَلْ مِنْ خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: نَعَمْ، الْمَاءُ. قَالَتْ: يَا رَبِّ، فَهَلْ مِنْ خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنَ الْمَاءِ؟ قَالَ: نَعَمْ، الرِّيحُ. قَالَتْ: يَا رَبِّ فَهَلْ مِنْ خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنَ الرِّيحِ؟ قَالَ: نَعَمْ، ابْنُ آدَمَ، يَتَصَدَّقُ بِيَمِينِهِ يُخْفِيهَا مِنْ شَمَالِهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Al-Awam ibnu Hausyab, dari Sulaiman ibnu Abu Sulaiman, dari Anas ibnu Malik, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Ketika Allah menciptakan bumi maka bumi berguncang, lalu Allah menciptakan gunung-gunung dan menempatkannya di atas bumi, maka bumi menjadi tenang. Para malaikat merasa kagum dengan penciptaan gunung-gunung itu, lalu berkata, "Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat daripada gunung-gunung ini?” Allah Swt. menjawab, "Ya, ada, yaitu besi.” Para malaikat bertanya "Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat daripada besi?" Allah menjawab, "Ya, api.” Para malaikat bertanya, "Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat dari api?" Allah menjawab, "Ya, air.” Para malaikat bertanya, "Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat daripada air?” Allah menjawab, "Ya, angin." Para malaikat bertanya, "Apakah ada sesuatu yang lebih kuat daripada angin di antara makhluk-Mu, wahai Tuhan kami?” Allah menjawab "Ya. anak Adam yang bersedekah dengan tangan kanannya, lalu ia menyembunyikan dari tangan kirinya.”
Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Ata, dari Abu Abdur Rahman As-Sulami, dari Ali yang mengatakan bahwa ketika Allah menciptakan bumi, maka bumi berguncang dan berkata, "Engkau akan menciptakan Adam dan keturunannya di atas permukaanku; mereka akan melemparkan kepadaku kekotorannya dan menyegerakan aku dalam melakukan perbuatan-perbuatan dosa." Maka Allah memantapkannya dengan gunung-gunung; maka di antaranya ada yang dapat kamu lihat, dan di antaranya lagi ada gunung-gunung yang tidak dapat kamu lihat. Dan permulaan tenangnya bumi adalah seperti daging unta yang telah disembelih, maka dagingnya kelihatan bergetar, kemudian diam. Tetapi asar ini garib sekali.
Firman Allah Swt.:
{مَتَاعًا لَكُمْ وَلأنْعَامِكُمْ}
(semua itu) untuk kesenangan kalian dan untuk binatang-binatang ternak kalian. (An-Nazi'at: 33)
Yaitu penghamparan bumi, mata air-mata airnya yang dikeluarkan, semua sumber dayanya dikeluarkan darinya, sungai-sungainya dialirkan, tanam-tanaman, dan pepohonannya ditumbuhkan dan dikukuhkan dengan gunung-gunung agar bumi menjadi teguh dan tetap, tidak mengguncangkan makhluk yang ada di atasnya; semuanya itu sebagai kesenangan bagi manusia dan semua keperluan mereka dari hewan ternak yang mereka makan dagingnya dan mereka jadikan sebagai kendaraan selama diperlukan oleh mereka di dunia ini, sampai masa yang tertentu.

Sumber: Tafsir Ibnu Katsir

KESIMPULAN: 
Kemenangan dakwah adalah sesuatu yang pasti terjadi, dan itu adalah janji Allah. Yang jadi permasalahan adalah, kita termasuk orang-orang yang ikut serta dalam memenangkannya atau tidak. ataukah justru kita berada pada barisan orang yang menafikkan gerakan dakwah dan menjadi pribadi apatis/acuh dengan dakwah.
Jangan sampai kita hanya ingin mensolehkan diri sendiri tanpa peduli dengan lingkungan sekitar. Sudah selayaknya kita hadir dan memberikan manfaat untuk masyarakat.
Sabda Nabi SAW " Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain".

Minggu, 11 Juli 2021

Tadabbur An Nazi'at Ayat 1-14


 (Pict: IG Negeri Akhirat)


Munasabah dengan surat sebelumnya adalah bahwa pada surat terdahulu dijelaskan tentang peringatan Allah” berupa siksaan hari kiamat sedangkan pada surat ini ditegaskan tentang kebenaran terjadinya hari kiamat yang tidak bisa diragukan lagi.

Memuat tentang:

1. Kepastian datangnya hari Kebangkitan 

2. Gambaran dahsyatnya hari Kiamat 

3. Gambaran kondisi orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan


وَالنَّازِعَاتِ غَرْقًا (1) وَالنَّاشِطَاتِ نَشْطًا (2) وَالسَّابِحَاتِ سَبْحًا (3) فَالسَّابِقَاتِ سَبْقًا (4) فَالْمُدَبِّرَاتِ أَمْرًا (5) يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ (6) تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ (7) قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ وَاجِفَةٌ (8) أَبْصَارُهَا خَاشِعَةٌ (9) يَقُولُونَ أَإِنَّا لَمَرْدُودُونَ فِي الْحَافِرَةِ (10) أَإِذَا كُنَّا عِظَامًا نَخِرَةً (11) قَالُوا تِلْكَ إِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ (12) فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ (13) فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ (14)

Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat-malaikat) yang mencabut nyawa dengan lemah lembut, dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat, dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang, dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia). (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua. Hati manusia pada waktu itu sangat takut, pandangannya tunduk. (Orang-orang kafir) berkata, 'Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan semula. Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?” Mereka berkata, "Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan.” Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.

Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Masruq, Sa'id ibnu Jubair, Abu Saleh, dan Abud Dulia serta As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras. (An-Nazi'at: 1) Yakni para malaikat saat mencabut arwah Bani Adam. Maka di antara mereka ada yang mencabut rohnya dengan sulit, akhirnya ia mencabutnya dengan paksa; dan di antara mereka ada yang mencabutnya dengan mudah seakan-akan melolos sesuatu yang mudah, dan inilah yang dimaksud oleh firman-Nya: dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut. (An-Nazi'at: 2)Demikianlah menurut Ibnu Abbas.

Telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna an-nazi'at, bahwa yang dimaksud adalah arwah orang-orang kafir yang dicabut dengan paksa, kemudian dibenamkan di dalam neraka; demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras. (An-Nazi'at: 1)Bahwa makna yang dimaksud ialah kematian.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan —juga Qatadah— sehubungan dengan makna firman-Nya.: Demi (malaikat-malaikat) yo«g mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut. (An-Nazi'at: 1-2) Bahwa makna yang dimaksud ialah bintang-bintang.

Ata ibnu Abu Rabah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "An-Nazi'at" dan "an-nasyitat" bahwa makna yang dimaksud ialah busur yang dipakai dalam peperangan. Tetapi pendapat yang sahih adalah yang pertama dan dikatakan oleh kebanyakan ulama.

Adapun mengenai firman-Nya:

{وَالسَّابِحَاتِ سَبْحًا}

dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat. (An-Nazi'at: 3)

Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah para malaikat.

Telah diriwayatkan pula dari Ali, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Abu Saleh hal yang semisal.

Dan telah diriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat. (An-Nazi'at: 3) Yakni maut alias kematian, Qatadah mengatakan bintang-bintang, Ata ibnu Abu Rabah mengatakan perahu (kapal-kapal laut).

Firman Allah Swt.:

{فَالسَّابِقَاتِ سَبْقًا}

dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang. (An-Nazi'at: 4)

Telah diriwayatkan dari Ali, Masruq, Mujahid, dan Abu Saleh serta Al-Hasan Al-Basri, bahwa makna yang dimaksud ialah para malaikat; Al-Hasan mengatakan bahwa para malaikat lebih dahulu beriman dan membenarkan Allah Swt.

Diriwayatkan dari Mujahid, bahwa makna yang dimaksud ialah kematian; Qatadah mengatakan bintang-bintang, sedangkan Ata mengatakan kuda yang dipakai untuk berjihad di jalan Allah Swt.

Firman Allah Swt.:

{فَالْمُدَبِّرَاتِ أَمْرًا}

dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan dunia. (An-Nazi'at: 5)

Mujahid, Ata, Abu Saleh, Al-Hasan, Qatadah, Ar-Rabi ibnu Anas, dan As-Saddi mengatakan para malaikat. Al-Hasan menambahkan, yaitu para malaikat yang mengatur urusan dunia dari langit, yakni dengan perintah dari Tuhannya, dan mereka tidak membuat-buatnya dalam urusan ini.

{يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ}

(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua. (An-Nazi'at: 6-7)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa keduanya adalah tiupan sangkakala, yaitu tiupan yang pertama dan tiupan yang kedua. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Telah diriwayatkan dari Mujahid bahwa adapun tiupan yang pertama disebutkan oleh firman-Nya: (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam. (An-Nazi'at: 6) 

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiupan pertama yang mengguncangkan dilakukan, lalu diiringi dengan tiupan yang kedua, maka datanglah maut berikut segala sesuatunya. Maka seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu jika aku jadikan semua salawatku untukmu?" Rasulullah Saw. menjawab: Kalau begitu, Allah akan menghindarkanmu dari semua kesusahan dunia dan akhiratmu.

Imam Turmuzi, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Sufyan As-Sauri berikut dengan sanad yang sama.

Lafaz Imam Turmuzi dan Ibnu Abu Hatim menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. apabila telah berlalu dua pertiga malam, beliau berdiri, lalu bersabda:

" يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا اللَّهَ جَاءَتِ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ"

Hai manusia, ingallah kepada Allah, tiupan pertama yang mengguncangkan (akan) datang yang diiringi dengan tiupan yang kedua, maka datanglah maut berikut segala sesuatunya.

Firman Allah Swt:

{قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ وَاجِفَةٌ}

Hati manusia pada waktu itu sangat takut. (An-Nazi'at: 8)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa wajifah artinya takut. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah.

{أَبْصَارُهَا خَاشِعَةٌ}

pandangannya tunduk. (An-Nazi'at: 9)

Yakni pandangan mata orang-orang yang mengalaminya tunduk. Sesungguhnya kata kerja di sini dikaitkan dengan pandangan mata, mengingat ia menunjukkan gejala kejiwaan yang dialami oleh pelakunya.

Makna yang dimaksud ialah mereka tampak hina dan rendah karena menyaksikan huru-hara yang mengerikan lagi sangat menakutkan di hari (kiamat) itu.

Firman Allah Swt.:

{يَقُولُونَ أَئِنَّا لَمَرْدُودُونَ فِي الْحَافِرَةِ}

(Orang-orang kafir) berkata, "Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula?” (An-Nazi'at: 10)

Yaitu orang-orang musyrik Quraisy dan orang-orang yang sependapat dengan mereka yang mengingkari adanya hari berbangkit dan tidak percaya bahwa mereka akan dihidupkan kembali sesudah mereka dimasukkan ke dalam Liang kuburnya. Demikianlah menurut Mujahid. Mereka tidak percaya bahwa mereka akan dihidupkan kembali, padahal tubuh mereka telah hancur dan tulang belulang mereka sudah berantakan. Karena itulah mereka mengatakan, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:

{أَئِذَا كُنَّا عِظَامًا نَخِرَةً}

Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat? (An-Nazi'at: 11)

Qiraat lain ada yang membacanya "نَاخِرَةً".

Ibnu Abbas, Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sudah lapuk. Menurut Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah tulang yang lapuk dan rapuh serta angin dapat masuk ke dalam rongga-rongganya.

{قَالُوا تِلْكَ إِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ}

Mereka berkata, "Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan.” (An-Nazi'at: 12)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'b, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abu Malik, As-Saddi, dan Qatadah, bahwa yang dimaksud dengan al-hafirah ialah kehidupan sesudah mati. Ibnu Zaid mengatakan bahwa al-hafirah ialah neraka, dan betapa banyaknya nama neraka itu; neraka disebut pula dengan nama Jahim, Saqar, Jahanam, Hawiyah, Hafirah, Laza, dan Hutamah.

Adapun mengenai ucapan mereka yang disebutkan oleh firman-Nya: Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan. (An-Nazi'at: 12) Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa orang-orang musyrik Quraisy mengatakan, "Sesungguhnya jika Allah menghidupkan kami kembali sesudah kami mati, berarti kami benar-benar merugi."

Maka Allah Swt. berfirman:

{فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ}

Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 13-14)

Yakni sesungguhnya kebangkitan itu hanyalah merupakan suatu perintah dari Allah yang tidak perlu ada pengulangan atau pengukuhan. Maka begitu Allah memerintahkannya, dengan serta merta semua manusia hidup kembali dan berdiri serta melihat. Allah tinggal memerintahkan kepada Malaikat Israfil untuk meniup sangkakala, maka ditiuplah olehnya tiupan berbangkit (untuk menghidupkan semua makhluk), lalu dengan tiba-tiba seketika itu juga semua orang yang terdahulu dan yang terkemudian hidup kembali berdiri di hadapan Allah Swt. seraya melihat. 

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja. (An-Nazi'at: 13) Yakni sekali teriakan.

Ibrahim At-Taimi mengatakan bahwa Allah Swt. sangat murka terhadap makhluk-Nya saat Dia menghidupkan mereka kembali. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah teriakan kemurkaan. Abu Malik dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa makna zajratun wahidah ialah tiupan yang terakhir.

Firman Allah Swt.:

{فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ}

maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 14)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa as-sahirah artinya bumi seluruhnya. Hal yang sama dikatakan oleh Sa’id ibnu Jubair, Qatadah, dan Abu Saleh. Ikrimah, Al-Hasan, Ad-Dahhak, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa as-sahirah artinya permukaan bumi.

Mujahid mengatakan bahwa pada mulanya mereka berada di perut bumi lalu dikeluarkan di pemiukaannya. Mujahid mengatakan pula bahwa as-sahirah artinya tempat yang datar lagi rata. As-Sauri mengatakan, as-sahirah artinya negeri Syam. Usman ibnu Abul Atikah mengatakan bahwa as-sahirah artinya tanah Baitul Maqdis, Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa as-sahirah adalah sebuah gunung yang berada di sebelah Baitul Maqdis. Qatadah mengatakan bahwa as-sahirah artinya Jahanam. Semua pendapat tersebut garib, tetapi pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa as-sahirah artinya permukaan bumi.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, sehubungan dengan firman-Nya: maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 14) Bahwa yang dimaksud adalah bumi yang berwarna putih tanahnya seperti adonan roti yang bersih.

Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 14) Yang dimaksud dengan bumi di sini adalah bumi yang tadinya menjadi tempat gunung-gunung ditampakkan menjadi tanah yang datar. Bumi tersebut bukanlah seperti bumi kita sekarang, melainkan bumi lain yang belum pernah dikerjakan suatu dosa pun di atas permukaannya dan belum pernah dialirkan setetes darah pun padanya.

 

KESIMPULAN:

Janganlah kita menganggap bahwa kiamat itu mustahil dan sulit Allah lakukan. Cukup hanya dengan memerintahkan salah seorang malaikat Allah untuk berteriak satu kali teriakan, maka seketika itu pula semua mahluk telah ada di hadapan Nya tanpa ada seorangpun yang tertinggal. Dan tidak pula seorangpun mampu mengelakkan diri, sekalipun ia menghendaki demikian.

 

Sumber: Tafsir Ibnu Katsir

Minggu, 16 Agustus 2020

Merdeka Cita: “Saat ayah bisa menjual hasil tani dengan harga yang sesuai sehingga bisa mencukupi kebutuhan keluarga kita, ayah sudah merdeka”

Gambar: Angin, Herman Zambeck 2017

Oleh: Mardha Umagapi

Hari Kemerdekaan di Indonesia merupakan hari libur nasional yang dirayakan setiap tanggal 17 Agustus dan diperingati sebagai hari lahir Indonesia sebagai bangsa merdeka. “Hari Merdeka” merupakan istilah yang sering digunakan untuk memperingati hari ini.

Keluarga Cita mengisi hari ini dengan menginap dikebun menemani Sang Ayah yang bekerja dikebun kelapa mereka

“Yah, kenapa setiap tahun kita merayakan kemerdekaan di tanggal 17 Agustus?” Cita bertanya pada ayahnya.

“Karena ditanggal itu negara kita memproklamasikan kemerdekaan nak.” Jawab Sang Ayah.

“Proklamasi itu apa ayah?” Gadis mungil kelas satu SD itu kembali bertanya.

“Pengumuman. Seperti Cita yang diumumkan ibu guru disekolah TK bahwa mulai tahun ini sudah jadi murid SD. Jadi Cita Akhirnya boleh pakai seragam Putih Merah.”

“Begitu. Ayo… Kalo tidak diumumkan bagaimana Cita bisa tahu kalau sudah masuk SD, coba.” Ayah menjelaskan panjang.

“O… iya ya.” Celetuk Cita sembari tertawa renyah.

“Ayah, merdeka itu bagaimana?” Rasa penasaran terus memancing Cita untuk bertanya.

“Begini Nak…” Lanjut Ayahnya sambil menyeruput kopi hitam buatan ibu Cita pagi tadi.

“Merdeka kalau kita bebas melakukan kegiatan sehari-hari tanpa rasa takut akan ancaman dari orang lain. Kalau Cita mau sekolah bebas dimana saja setinggi-tingginya, tidak takut dilarang atau disuruh jangan sekolah.”

“Cita beruntung… Ketika masa penjajahan, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendapatkan pendidikan dan bersekolah.”

“Anak-anak sekarang beruntung, bebas memilih mau jadi apa atau mau melakukan apa setelah tamat sekolah”. Lanjut Ayahnya.

“Berarti bebas ya Ayah… Kalau Cita bebas sekolah itu berarti merdeka. Kalau Ayah merdeka?” Ucapnya sambil memandang lelaki tersayangnya itu.

“Saat ayah bisa menjual hasil tani dengan harga yang sesuai sehingga bisa mencukupi kebutuhan keluarga kita, ayah sudah merdeka”. Sang Ayah menjelaskan sembari membuang pandangan menyisir hamparan kebun kelapa yang telah dirawat keluarganya turun temurun.

Senin, Pojok Daulasi 17 Agustus 2020

Hari Merdeka ke-75

Jumat, 13 Desember 2019

Ulasan Cerpen Anak: Tumpukan Sampah Di Masa Depan

Hasil gambar untuk gambar tumpukan sampah
Source: uly adais.com


Tumpukan Sampah di masa Depan, sebuah cerpen yang menggambarkan tentang kondisi bumi masa depan melalui pandangan seorang anak yang nyasar melalui mesin waktu buatannya dan teman-teman. Deni menuju tahun 2090 dan menemukan kondisi rumah dan sekitarnya penuh sampah. Bahkan hampir sehamparan pandangannya hanya ada sampah yang berserakan.

Cerpen yang ditulis oleh Fitriani Azizah ini mengambil latar sebuah penelitian tiga sekawan Deni, Sarah dan Andi. Mereka berhasil menyelesaikan sebuah inovasi berupa  mesin waktu ditahun 2019. Demi menyelesaikan kinerja mesin tersebut, Deni masuk kedalam mesin waktu untuk menyetel waktu yang dicocokkan dengan jam tangan di pergelangnnya.

Namun malang tak dapat ditolak.  Andi,salah satu sahabatnya yang sedang beristirahat di sekitar mesin sambil minum sekaleng soda melempar kaleng kosong bekas minumnya yang telah habis sehingga mengenai tombol merah mesin yang merupakan tombol star. Deni yang ada didalam mesin terbawa ke tahun 2090 dan melihat kondisi bumi yang mengenaskan akibat tata kelola sampah yang amburadul.

Deni dimasa depan juga bertemu dengan dirinya yang telah berusia renta dan beraut sedih, kemudian Deni masa tua memberikan mandat kepada Deni muda untuk menjaga kelestarian bumi di masa 2019 agar tak bernasib seperti 2090. Menerima mandat itu dan akhirnya Deni kembali dan mengajak teman-temannya untuk peduli lingkungan.

Cerpen ini menurut saya cukup simple, ringan dibaca dan mudah dicerna namun tetap penuh pesan tersirat. Sesuai temanya yaitu cerpen anak, penulis membuat tulisan seringan mungkin agar dipahami anak-anak. Nilai-nilai yang ingin disampaikanpun mudah ditanamkan, ditambah cerita tentang petualangan merupakan favorit sebagian besar usia anak-anak.

Tapi jika kita tidak terbiasa dengan menikmati cerita anak, khususnya orang dewasa mungkin akan merasa ceritanya terlalu garing dan mudah ditebak sehingga keasyikan membaca dan rasa penasaran tentang akhir cerita tidak akan terbakar selama membaca cerpen ini. Sebagai pemula dalam mengulas cerpen anak, saya rasa cerpen ini akan banyak memantik semangat baca anak.


Akhirnya, sebagai penutup dari ulasan ini saya menyampaikan permintaan maaf jika ulasan yang saya buat ini kurang berkenaan. Saya masih dalam tahap belajar mengulas karya orang lain, semoga ulasan ini bermanfaat bagi saya selaku calon penulis dan teman pembaca serta penulis lainnya. Cerpennya bisa dibaca disini http://cerpenmu.com/cerpen-nasihat/tumpukan-sampah-di-masa-depan.html .

Oleh: Mardha Umagapi
Ditulis di Ternate

Berusaha Mengendalikan Hawa Nafsu: Tadabbur An Nazi'at Ayat 40-46

  Ciri-ciri Penghuni Surga 1. Takut pada Allah 2. Mengendalikan hawa nafsu 3. Terlibat dalam dakwah وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَ...