Dilihat

Minggu, 22 September 2019

Menulis Dengan Gaya Yang Disukai Cenderung Lebih Menyentuh Sisi Pembaca

Catatan Sebuah Momentum.

Tidak terlalu hebat dalam hal mengelola imajinasi membuatku melabuhkan tulisan-tulisan dalam bentuk non fiksi. Dimana menulis berdasarkan fakta dan kenyataan suatu peristiwa atau bersifat nyata baik fakta maupun opini.

Menurutku mereka yang menuliskan kisah-kisah fiksi terutama dengan tema cerita bersambung maupun novel, adalah orang-orang luar biasa karena bisa menghasilkan karya tulis lewat khayalan dan imajinasi, yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Merangkai peristiwa demi peristiwa menghadirkan konflik dan solusi, sungguh hebat.

Seringkali aku coba untuk menuliskan kisah fiksi dalam bentuk cerita bersambung namun selalu mentok. Hingga akhirnya selalu membelok menjadi tulisan berdasarkan kisah nyata, agar alurnya lebih mudah kudapatkan karena sesuai fakta.

Beberapa waktu lalu aku sedang mencoba menuliskan tulisan tentang peristiwa hijrah beberapa orang yang rencananya akan dibukukan. Tapi karena narasumber yang kudapatkan terbatas dan juga sebagian kisah yang menurutku kurang dramatis, akhirnya aku memadukan antara kenyataan dari kisah mereka dan beberapa kejadian kutambahkan berdasarkan imajinasi. Hasilnya ternyata menurut beberapa orang lebih menarik.

Akhirnya baru kutahu praktik menulis yang telah kulakukan dengan menggabungkan antara fakta dan bukan fakta atau fiksi, termasuk dalam genre tulisan yang disebut faksi. Fakta yang dikemas dalam bentuk fiksi. Faksi, menurut tulisan yang ditulis dalam blog pak cah yang pernah kubaca, diartikan sebagai membuat cerita fiksi berdasarkan kisah nyata, atau membuat fakta menjadi sebuah karya fiksi.

Biasanya diberikan keterangan “based on true story”, atau berdasarkan kisah nyata. Dalam bentuk faksi ini, penulis bebas menambahkan “bumbu-bumbu penyedap”, dari suatu kejadian atau fakta yang benar-benar terjadi, gunanya agar cerita semakin enak dan menarik untuk dibaca, apalagi ketika dibuat menjadi film layar lebar. Begitulah faksi menurut blog pak cah.

Apapun pengertian faksi, jauh sebelum mengenal istilahnya, aku untuk sementara ini tertarik dengan genre menulis yang satu ini. Entah diwaktu yang akan datang mungkin kesukaanku akan berubah, namun untuk saat ini menjalani gaya tulisan yang aku suka adalah sesuatu yang jauh lebih baik menurutku. Sehingga tulisan-tulisan yang dihasilkan pun cenderung berasal dari olahan pikiran dan perasaan yang lebih menyentuh pembaca.

Oleh: Mardha Umagapi
Ditulis di Subaim Halmahera Timur

4 komentar:

  1. Hebat kak sudah menemukan genre.."faksi".
    Semangat berkarya

    BalasHapus
  2. Wah, saya sendiri masih belum dapat menulis mengenai faksi tapi mba sudah. Semangat mba dengan cerita faksinya. Semoga semakin banyak cerita yang ditulis.

    BalasHapus
  3. Semangat kk udah nemu your 'knack' . Mg semakin menginspirasi^^

    BalasHapus
  4. Terima kasih semua, sudah mampir dan memberi semangat

    BalasHapus

Berusaha Mengendalikan Hawa Nafsu: Tadabbur An Nazi'at Ayat 40-46

  Ciri-ciri Penghuni Surga 1. Takut pada Allah 2. Mengendalikan hawa nafsu 3. Terlibat dalam dakwah وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَ...