Fort Van Der Wijck |
Sebuah penyesalan yang mendalam,
kesan pertama yang ingin saya sampaikan dari cerpen “Menebus Dosa Masa lalu”
oleh Tri Haryati ini. Cerpen berlatar belakang penggalan sebuah memori Sang Veteran perjuangan
Indonesia melawan penjajah Belanda ini, menceritakan penyesalan yang dirasakan
oleh seorang Pejuang yang karena kecerobohannya menyebabkan sahabatnya
terkepung musuh dan hilang jejak hingga saat ini.
Cerita pendek ini dibuka dengan Alur
kondisi saat Indonesia telah merdeka dan Si Tokoh Utama mengingat kembali
peristiwa berpuluh tahun lalu saat masih berjuang. Demi menyesali perbuatannya
ia rela mengunjungi benteng zaman penjajahan Van Der Wijck setiap tahun seperti layaknya sebuah ziarah untuk
mengingat temannya yang telah tiada karena kelalaian dan keserakahannya.
Setiap tanggal 17 Agustus, Sang
Veteran yang telah menjadi seorang Mbah
dengan ditemani anak dan cucunya menabur bunga di pintu benteng. Meskipun sudah
diingatkan berkali-kali oleh keluarganya, namun Mbah urung berhenti dari rutinitasnya tiap tahun. Bahkan adegan tabur
bunga yang sudah berkali-kali diingatkan penjaga bentengpun di abaikannya.
Aksi nekat Sang Tokoh Utama dalam
cerita ini menggambarkan betapa dalam rasa sesalnya atas peristiwa lalu yang
pemicunya adalah dia sendiri. Bagaimana tidak, temannya yang berperawakan
Belanda karena memang anak Serdadu-Pribumi, dimanfaatkan untuk mengambil logistik
digudang belanda yang merupakan tugasnya demi membantu pejuang dan masyarakat yang
krisis pangan saat itu. Malang tak dapat ditolak, keserakahan ingin mengambil
lebih menyebabkan tokoh utama mendorong sahabatnya untuk menambah lagi bahan
pangan yang telah diambil. Hingga para serdadu Belanda menyadari kejanggalan
dan temannya tertangkap akibat suara bersin Sang Tokoh Utama.
Kisah yang pilu memang, jika saya
berada di posisinya. Pelajaran yang dapat saya ambil dari kisah ini adalah,
perlu adanya rencana yang matang atas sebuah aksi atau tindakan. Selain itu
jika kesepakatan telah ditetapkan bersama, sebaiknya jangan mencoba untuk
melanggar karena menyesal akhir tiada guna. Penulis juga menyampaikan pesan
tentang pentingnya sebuah kesetiakawanan.
Ulasan untuk segi kepenulisan dari
saya sebagai seorang penulis pemula yang masih kurang ilmu menulis, saya rasa
sudah jauh bagus. Mungkin perlu ditambah beberapa paragaf agar lebih memuaskan
para pembaca seperti saya terutama muatan informasi Sang Tokoh Utama.
Cerpen yang saya ulas ini dapat
dibaca di http://cerpenmu.com/cerpen-persahabatan/menebus-dosa-masa-lalu.html . Demikian ulasan saya, mohon maaf jika ada kesalahan dalam memahami isi cerpen,
berhubung saya masih harus banyak belajar. Salam hormat untuk sang penulis cerpen
dan pembaca ulasan ini.
Oleh: Mardha Umagapi
Ditulis di Ternate, 11 Desember 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar